Rabu, 15 Mei 2013

cerita dari fb (kisah cinta sejati seorang Ibu)



"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang kearah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Iapun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka.

Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah.

Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah.Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku.

Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah... bahwa sang ibu tidak memiliki telinga.

"Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati.

Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.

pelita iman...



Allah pelindung orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan menuju cahaya (iman). Dan orang-orang kafir pelindungnya adalah setan. Dia mrngeluarkan mereka dari cahaya ke kegelapan. Mereka adalah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya. [QS.ALBAQOROH:257]

Menjadi cahaya penerang adalah keniscayaan dari setiap amanah dan karuniaNya atas hidayah yang perlu kami jaga..

Cahaya itu adalah ilmu, yakni ilmu dari pancaran kesungguhan akan makna iman, makna penghambaan yang teraplikasikan dalam bentuk amal...
amal yang senantiasa berbuah ranum dan memancarkan cahaya... yang berpendaran indah mendamaikan jiwa, menghilangkan gulita...

Cahaya ini dapat saja memudar, karena ternyata kami sebagai hamba biasa yang tak mungkin sempurna. Kami bisa menguatkan intensitasnya (cahaya itu) hanya saat kami dekat dengan orang-orang yang memiliki pancaran kuat, saat kami bersatu padu dengan agenda penguatan cahaya iman, saat kami dapat bersinergi dengan cahayaNya yang senantiasa hadir dalam setiap munajat kami...

Tersadarkan bahwa kami semua memiliki amanah besar untuk senantiasa menebarkan cahaya ilmu, seluruh insan harus menerima cahaya ini yang merupakan hak mutlak dalam jalan HidayahNya...
tanpa mencederai hati, tanpa mengotori wadah yang harusnya berisi penuh cahaya...
kami harus akan mawas diri terhadao hal-hal yang dapat meredupkan cahaya ini..

antara lain:
1. Keraguan dan pesimis
Selayaknya manusia yang yakin akan kehadiranNya yang senantiasa mengiringi , hadir di setiap
langkah kaki, buah termanis dari iman adalah keyakinan teguh dan harapan utuh akan gambaran
masa depannya, karena keragu-raguan hanya akan memudarkan cahaya iman.

2. Malas dan Menunda-nunda
Hal ini lebih disebabkan karena faktor S (baca:syaithonnirrojim), dimana 'mereka' selalu berusaha
memalingkan kami dari jalan cahaya. Yang lebih berbahaya bahkan jika dibiarkan akan dapat
memudarkan cahaya, atau juga memadamkan cahaya orang lain..na'udzubillahimindzalik...

3. Penyakit Hati
yang lebih dominan adalah iri, dengki, sombong, takabur,riya, dll. Hal ini sebenarnya karena faktor
nafsu yang menyelimuti hati, sehingga membuat dan menciptakan kesan rasa cinta yang berlebihan
terhadap dunia (harta, tahta,materi, sesama makhluk , dll)

4.Rasa minder dan tak mampu
percaya Allah artinya percaya diri, yakin akan setiap kelebihan dan karunia yang telah Allah
anugerahkan secara istimewa kepada masing-masing makhlukNya. Hal ini terkait dengan rasa syukur
nikmat, karena berlebihan meratapi kekurangan diri dapat menjauhkan cahayaNya, merdupkannya,
bahkan dapat mematikannya.

serta masih banyak lagi kelalaian kami yang dapat saja memudarkan cahaya iman ini..

sampai pada saat kami mencoba bangkit dan menguatkan kembali cahaya ini, kami mendapati bahwa ternyata ruangan , ladang, lahan juga telah semakin meluas...
Maka tiada cara lan, tiada jalan lain melainkan kami harus segera menambahkan kekuatan cahaya kami sesegera mungkin, semaksimal mungkin, dan sebaik-baiknya...

kami mencoba untuk mendekat..terus mendekat..
kepada Sang Pemilik Cahaya...

karena kami berharap dapat menunaikan amanah ini dengan sebak-baiknya, menjadi penerang dalam gulita, menjadi penerang dan mampu memberikan cahaya yang kemudian bermanfaat bagi jalan kehidupan generasi selanjutnya, yakni pencerah peradaban...

semoga Allah meridhoi langkah-langkah kami..
semangat kami.. perjuangan kami...
semoga menjadi pembeda dan penolong kami dihadapanNya kelak..
AMIN..


salam perjuangan!!
salam pencerahan peradaban!!
salam kejayaan!!

"Dan hendaklah diantara kamu ada segolongan yang menyeru kepada kebajikan, yakni menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung"
[ALI IMRAN: 104]

perempuan yang tidak mengetehui harga kainnya



Seorang perempuan suatu hari datang kepada Imam Abu Hanifah, ia membawa selembar kain yang hendak dijualnya kepada Imam Abu Hanifah. Sejarah telah mencatat bahwa Abu Hanifah selain seorang ulama besar adalah juga seorang saudagar dan pengusaha yang mahsyur. "berapa kamu jual kain ini?" yanya beliau kepada perempuan tadi. "seratus dirham" jawab perempuan itu. Namun ternyata kain yang dibawa perempun itu sangat bagus dan berkualitas, tetapi rupanya perempuan itu tidak mengetahuinya, entah dari manakah dahulu ia memperolehnya. Tetapi hal itu tidak menjadikan Imam Abu Hanifah sedikitpun berniat untuk memanfatkan kesempatan apalagi berbuat curang. Maka seperti yang diriwayatkan dalam Al-Maqdisi berikut ini : "harga kainmu ini lebih mahal dari seratus dirham", "coba kamu tawarkan dengan harga yang lebih tinggi"lanjut Abu Hanifah. "kalau begitu duaratus dirham" kata perempuan itu lagi , "tapi kainmu ini lebih bagus dari empatratus dirham" kata Imam Abu Hanifah kembali menegaskan, "tapi aku akan membelinya empatratus dirham". Akhirnya jual-beli itupun disepakatinya bersama-sama.

Kisah diatas adalah contoh mengenai cara pandang seseorang terhadap materi atau barang.
Imam Abu Hanifah yang kemudian membeli kain itu adalah gambaran seseorang yang memiliki cara pandang terhadap uang , tetapi kemudian yang menentukan "Bagaimana" dan "Apa" saling mengait adalah mentalitas dari kedua orang itu sendiri. Pada kenyataannya dalam hidup ini kita memang tidak bisa lepas dari ketiga hal itu :
- cara pandang kita terhadap barang
- cara pandang kita terhadap uang
- mentalitas kita dalam mempertemukan barang dan uang
Dua cara pandang antara Imam Abu Hanifah dan perempuan tadi saling bertemu yang didasari kejujuran dan keimanan yang luarbiasa. Maka ketiga unsur diatas melahirkan kebaikan , kemanfatan yang luarbiasa dan keberkahan nilai transaksi..
Transaksi yang didasari dari keridhoan semua pihak . Dari sepotong kain dan bagaimana kemudian ia ditawarkan dan akhirnya dibeli adalah ekspresi dari sebuah mentalitas..

Perempuan itu pulang dengan bahagia, sebab meskipun ia awalnya tidak mengetahui nilai dari kainnya, ia masih pulang dengan membawa uang yang lebih besar dari yang ia harapkan sebelumnya. Ia mendapatkan cara pandang yang lebih baik tentang nilai barang.
Begitupun dengan Imam Abu Hanifah yang juga berbahagia karena , adanya peluang untuk membeli kain dengan harga sangat murah tidak membuatnya menipu atau mengelabui demi mendapatkan keuntungan semata, cara pandang yang benar tentang nilai uang atau keuntngan justru membimbingnya untuk bertindak secara terhormat..sangat terhormat..

Cara pandang kita tentang barang ditunjang oleh pengetahuan tentang barang tersebut (arti barang itu). Banyak diantara kita yang mengartikan nilai barang atas dasar fungsinya, hal itu memeng benar hanya saja ternyata lebih dari itu. Lebih dari sekedar fungsi, ada makna estetis dari setiap barang dan tentunya dalam batas yang wajar /patut. Bila makna estetis itu berlebihan ataupun melampaui batas maka dapat melahirkan cara pandang yang liar, itu tidak benar.. atau dalam bahasa Al-Qur'an-nya cara pandang seperti itu disebut "jamma" /berlebihan. (QS.AL-FAJR : 20).

WALLAHU'ALAM...
Top of Form
Bottom of Form

Minggu, 12 Mei 2013

Rezeki atau bukan meskipun hanya dari sepotong tempe...!!



Rezeki dari setiap langkah kaki, jarak jari bahkan tetesan air hujan yang turun...
takkan bisa terjadi jika bukan karena kehendakNya...

Rezeki yang diterima oleh mata kita, belum tentu adalah rezeki hidung kita...
demikian pun halnya dengan rezeki bagi telinga kita, juga belum tentu bagi tangan dan kaki kita...
adalah kehendakNya segala yang terjadi, penerimaan ataupun sebaliknya...

semisal sepotong tempe goreng yang amat lezat di pandangan mata...
yang juga memiliki kualitas rasa yang dahsyat karena resep dari juru masak terbaik...
ditambah pula dengan cara penyajian yang begitu menarik dan istimewa...
sehingga meyakinkan selera makan kita, yang kemudian kita yakini sebagai rezeki kita...

dengan penuh syukur kitapun menyantapnya, memohon keberkahannya...
Namun apa yang terjadi?
ternyata beberapa jam kemudian perut terasa mual dan tidak nyaman...
dan diluar dugaan sang 'tempe idaman' itupun termuntahkan lagi...

Artinya sepotong tempe tersebut belum dikatakan 'mutlak' rezeki kita...
mengapa demikian?
yaa...
Allah maha mengetahui apa saja yang terbaik bagi lidah kita, mata kita, perut kita, bahkan hati kita...
jadi...
janganlah terburu-buru mengklaim ini-itu menjadi takdir dan rezeki-milik kita!!
karena sesuatu yang menjadi rezeki bagi mata kita ternyata belum tentu adalah rezeki bagi pencernaan kita...

Subhanallah...
kita bersyukur atas segala yang kita dapatkan dalam masa kehidupan ini...
tetapi ingatlah senantiasa akan kehendakNya...
kemana, dimana, siapa, kapan, dan berapa...
takkan sama takkan serupa...

Wallahua'lam...

(01-01-2011/ 25 Muharram) 40 hari kepergian Ayah romantis ^^

An Amazing Story From Pure Matrimony_ LEAVE FORBIDDEN LOVE TODAY!!


She decided to leave her boyfriend…
He asked her, not believing her decision: ”Are you leaving me? Are you going to walk away from me?”

Misbaah was in college and was having a whirlwind time,
bunking lectures and enjoying in the canteen and campus. She was so intelligent that she didn't need to dig in books for marks was the other advantage.

Dressed in jeans and shirt mostly her slim body with good facial features had attracted many boys too. Every boy wished to know her or be linked. Though she was very extrovert, she would be straightforward with boys, but slowly fell for Ahmed.

One teacher named Payal was their theory teacher whom she loved. She was a jovial and friendly teacher. But suddenly she was found very reserved and to herself. She would have mood swings and at times would be seen crying bitterly.

Misbaah approached her teacher after school and asked her the reason. Misbaah told her that she didnt want to interfere in her private life but she said that she came because the entire class seems there is something amiss with the teacher.

Payal wiped another big tear from her eyes and she whispered in Misbaah's ear "I have reverted to Islam, I am only telling you because you are a muslim" Misbaah said what's the big fuss? What makes u cry even i am a muslim i never cry"

Payal mam showed Misbaah what her parents had also never discussed with her. She showed her the Quran with translation and some verses she had marked ‘It is He who accepts repentance from His servants, and pardons bad deeds, and knows all that you do. And He answers those who have faith and do righteous deeds, and gives them- out of His bounty- far more.’ (al-Shura 42: 25-6)

But those who disbelieve say, “The Hour (i.e. the Day of Judgment) will not come to us.” Say, “Yes, by my Lord, it will surely come to you. [Allah is] the Knower of the unseen.” Not absent from Him is an atom’s weight within the heavens or within the earth or [what is] smaller than that or greater, except that it is in a clear register - That He may reward those who believe and do righteous deeds. Those will have forgiveness and noble provision. But those who strive against Our verses [seeking] to cause failure (i.e. to undermine their credibility) - for them will be a painful punishment of foul nature. (Quran, 34:3-5)

Misbaah drove home that day without talking to Ahmed. She herself was in deep thought. She thought i just know i am a muslim but do not know where i belong. My name sounds muslim, just that inside I was empty. I FELT LIKE I BECAME A NEW MUSLIM THAT DAY. First time in my life i faced the Kaaba and prayed that day. It was simply awesome I loved the time i spent with my creator

Everyday she saw Miss Payal praying in the prayer room which she had never entered in years of her college life. She would cry and seek forgiveness and then again read Quran. Misbaah would accompany her teacher in her solitude.

Misbaah became aware of the purpose of life. "And I did not create the Jinn and mankind except to worship Me" (Quran, 51:56-58)

Very simple! The purpose for man’s creation is to worship the Creator. The essence of Allah’s message through all of the prophets also was: O mankind, worship Allah, you have no deity other than Him. (Quran, 7:59,65,73,85)

An Nisa 56"Those who rejected Our revelations will soon be thrown into the fire. No sooner will their skins be burnt out then We shall replace their skins, so they may taste the real torment, Allah is All-Mighty, Wise."

An-Nisa 78:"No matter where you may be, death is going to reach you, even if you are in fortified towers..."

These aayahs developed fear in her and made her tremble. But she was now close to her Lord. She understood that the world and its people are just a fantasy. She understood the real world.

Ahmed thought: she is drifting away from me let me confront her and know all.

She had decided to leave her boyfriend.
He asked her, not believing her decision: ”Are you leaving me? Are you going to walk away from me?”
She answered: ”I am leaving disobedience of Allah and walking away from it”
He said:”you are going to miss me”
She said:”I am missing Hasanaat (good deeds) more than you”
“you will regret it one day” he said.

She replied: “I will regret our relationship on Judgment Day”
“Don’t you love me anymore?” he asked her.
“I did", she said, "but now the love of Allah filled my heart that I can’t find any place for your Haraam love in it”
Then she added:”and if you love Allah more than me, then just turn and walk away”