Ingat ketika Allah SWT bersumpah dengan para malaikatNya
yang membagi-bagi urusan ? Dengan itu, sesungguhnya apa yang dijanjikan
pasti benar. Allah SWT menciptakan Adam alaihis salam kemudian memilihnya, memberikan ampunan serta petunjuk kepadanya. Sampai manusia dalam pengembanan akan tugas ibadah.
Namun, dalam hal ini manusia selalu saja berselisih
pendapat, dan memang begitulah mereka. Maka barangsiapa yang mengikuti
para rasul dan kitab-kitab yang dibawanya, beruntunglah. sedangkan
kutukan, bagi mereka yang banyak berdusta. mereka terbenam dalam
kebodohan hingga mereka menjadi lalai.
Ibadah, ya janji itu adalah ibadah. sebagaimana fitrah
manusia selaku hamba nan teramat lelah. Hamba seharusnya
bersungguh-sungguh menyerahkan penghambaannya kepada yang Maha Perkasa.
Inilah yang diemban manusia, amanat ibadah. Amanat yang langit, bumi,
dan gunung-gunung pun tak bersedia memikulnya. Amanat yang pengertiannya
disipulkan oleh Al Imam Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi adalah tugas, perintah-perintah, dan larangan-larangan. Sekali lagi, inilah apa yang ada dipundak-pundak umat manusia (bagi mereka yang merasa dirinya adalah manusia).
Beribadah menjadi tugas manusia sejak awal berada dibumi.
Perjanjian yang terbungkus dalam paket pesan Allah SWT ketika didepan
gerbang surga. Akan datang petunjukNya sesampainya manusia dibumi,
menjanjikan ganjaran yang baik untuk mereka yang mengikuti petunjuk itu
dan janji hukuman untuk mereka yang menolaknya. Inilah tujuan manusia
sesungguhnya. Petunujuk Allah SWT itu ibadah. melaksanakan tugas
sebaik-baiknya, menjadi hamba yang amanah, dan berhati-hati jangan
sampai menjadi hamba yang hina lagi dicela. Sadarilah..
Merasakan kesadaran bersemayam di dalam jiwa,
memanfaatkannya untuk merenung memperbaiki diri, dan mengungkapkan
berbagai penyesalan. Biarkan lisan mengutuk batin atas semua waktu yang
tersia-siakan, kemudian katakan, tetapkan kesadaran ini lestari
selamanya di dalam jiwa. Seorang hamba sudah terlalu sibuk dengan urusan
dunia, butuh waktu lama bisa mengasingkan diri berdua dengan Rabbnya,
perbuatan-perbuatan yang dilakukannya hanya menjadikan petaka bagi
dirinya.
Mengandalkan usaha semata tanpa berhubungan dengan Yang
Maha Kuasa adalah tindakan yang keliru. Yang diperintahkan agama adalah
berusaha dan tetap menjaga hati selalu terhubung dengan Yang Maha
Menetapkan segala sesuatu. Semua kabut kebodohan hanya akan sirna dengan
hadirnya ilmu. Begitu juga dengan ibadah, ia akan sia-sia bila tak
didasari ilmu tentangnya, saudaraku.
Allah berfirman :
الَّذِينَ هُمْ فِي غَمْرَةٍ سَاهُونَ
"(yaitu) orang-orang yang terbenam dalam kebodohan lagi lalai,"(Adz-Dzaariyat : 11)
Mereka yang lalai, yang senang berada dalam kebodohan
tentang agamanya mendapat ancaman. Akan dikatakan kepada mereka "
Rasakanlah adzab itu, inilah adzab yang dahulu kalian minta segerakan."
oh.. jangan! Berlepas dirilah kalian, memohonlah terus perlindungan,
niscaya Allah SWT kabulkan.
beribadah kepada Allah SWT hanya membutuhkan dua syarat.
Pertama, niat ikhlas tulus karenaNya, hanya mengharapkan ridho Allah SWT
semata. dan yang kedua, kesesuaian syari'at (mutaba'ah), sesuai seutuhnya tanpa membuat penambahan dan perubahan-perubahan sedikitpun.
Ingatlah janji itu. Tambahlah wacana keislaman, berani
meninggalkan segala bentuk kelalaian, menguatkan azzam untuk bertahan,
meragamkan serta mengistiqomahkan macam-macam peribadatan. Berbuatlah
banyak kebaikan, kurangi tidur di waktu malam memohn ampunan, dan
menyisihkan harta untuk orang miskin yang meminta atau tak mendapat
bagian, akan mengurangi resiko celakanya seseorang dari ancaman, karena
memang, bukan Allah SWT yang membutuhkan.
Kita manusialah yang sebaliknya demikian. bahkan Allah
SWT tak membutuhkan makan. Sesungguhnya Allah SWT, Dialah yang memiliki
kekuatan, ini hanyalah peringatan yang akan terus diserukan.
فَفِرُّوا إِلَى اللَّهِ إِنِّي لَكُم مِّنْهُ نَذِيرٌ
مُّبِينٌ
"Maka segeralah kembali kepada (menaati) Allah. Sesungguhnya aku seorang pemberi peringatan yang nyata dari Allah untukmu." (QS. Adz-Dzaariyat : 50)
Wallahu a'alam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar